Mengintip Strategi Pemasaran ala D’Cost


Mengintip Strategi Pemasaran ala D’Cost - Ketika pertama kali didiriakan pada 9 November 2006 di Jl. Kemang Raya No.84 Jakarta Selatan ini, D’ Cost langsung mendapat respon  yang luarbiasa dari masyarakat. Hingga akhir tahun 2011 ini D’ Kos telah memiliki lebih dari 50 Outlet yang tersebar di 8 kota-kota besar di Indonesia. Bisa dikatakan D’Cost merupakan Brand baru yang melejit bak roket ke angkasa, melampaui merek merek lain.
Mengapa D’Cost begitu cepat merangkak naik melampaui merek merek lain?
“Mutu Bintang Lima, Harga Kaki Lima” merupakan positioning yang di usung oleh D’Cost  penggunaan positioning itu memang benar benar diaplikasikan untuk memenuhi apa yang di inginkan oleh konsumen
D’Cost menjawab kebutuhan akan makan enak dengan harga terjangkau, dan mengomunikasikan positioning tersebut secara sangat jelas dan dimengerti. Umumnya makanan mewah/enak itu identik dengan mahal. Pengemasan bahasa sederhana yang menjelaskan “mutu bintang lima harga kaki lima” ini merupakan jawaban atau solusi terhadap segmen pasar yang sudah bosan dengan makanan kelas bawah dan ingin naik kelas, tetapi belum ada yang memberikan solusi. D’Cost masuk secara pasti di dalam gap pasar tersebut.  
Apa yang dilakukan oleh D’Cost dalam strategi promosinya memang sulit untuk ditiru,  dibutuhkan keberanian besar dan tentunya Modal besar, ketika merek-merek sejenis sibuk promosi melalui media,  khususnya Above The Line (ATL) D’Cost tidak melakukan hal serupa, saya juga tidak pernah temui iklan Resto D’Cost muncul di layar TV mau pun media cetak seperti Merek-merek lain .
Barangkali anggaran yang seharusnya di gunakan untuk berpromosi di Media Above The Line dialihkan kepada promosi Below The Line, itu mengapa D’Cost tidak pernah sepi pengunjung, jadi sabar saja jika pesanan anda belum juga datang setelah sekian lama menunggu atau pesanan makanan anda tidak datang sepenuhnya sampai nasi anda habis :D ya, setidaknya itu yang saya alami ketika berkunjung di D’Cost Cabang Mangga Dua.
Salah satu keberhasilan  D’Cost adalah promo yang  melawan arus. Misalnya, makan sepuasnya, bayar sesuka hati; atau harga Rp 1.000 untuk harga nasi, dengan porsi sepuasnya, makan sekenyangnya,  jika kita harus membayar Rp 3000 untuk satu gelas Esteh manis di warteg :D ( Faforit Gue) :)) ,  kita cukup membayar dengan harga Rp 500 di D’Cost, selain itu juga diskon sesuai dengan umur di cabang-cabang D’Cost yang sudah ditunjuk. Semua itu dilakukan sebagai upaya promosi yang tentunya tidak akan di lupakan oleh pengunjung D’Cost.  

Kejadian menarik di ungkapkan oleh David Vincent Marsudi, Presdir restoran seafood D’Cost,  David menceritakan kejadian di Surabaya, karena diskon sesuai dengan umur, ada pengunjung yang membawa neneknya yang berusia 103 tahun. “Jadilah keluarga itu datang tidak bayar,” ceritanya sambil tertawa.
Keberhasilan D’Cost dalam membangun mereknya tak lepas dari Inovasi yang terus menerus dilakukan, inovasi yang “Sulit” langka dan Berguna,. Sulit yang berarti memang sukar untuk dilakukan dan tidak mudah ditiru serta butuh banyak kompetensi untuk dapat mengerhakannya.  “Langka berarti tidak banyak yang melakukan hal serupa, dan kompetisipun tidak terlalu banyak, serta Berguna, yaitu menciptakan Value yang diinginkan oleh banyak orang. 
Pramusaji mencatat pesanan menggunakan iPod yang akan terhubung langsung ke kasir dan dapur
Strategi lain yang dilakukan oleh D’Cost adalah pemanfaatan teknologi IT, iPod digunakan sebagai alat pencatat pesanan yang terhubung langsung dengan komputer di dapur dan di kasir. Cara ini efektif untuk meningkatkan waktu pelayanan, karena pramusaji tidak perlu ke dapur dulu untuk mengantarkan daftar pesanan. Waktu pengantaran pesanan ke dapur itu bisadigunakan untuk melayani pengunjung yang lain. Selain itu, cara ini juga mampumemperkecil kesalahan pemesanan karena kesalahan penulisan menu yang dipesan.Tak berapa lama sejak pramusaji mencatat pesanan, makanan pun datang

D’Cost  unggul karena berhasil mengisi gap di subsegmen pasar pada saat yang tepat. Ketika merek yang sudah ada sibuk dengan dirinya sendiri dan mempunyai masalah yang tidak disadarinya (hidden issues), D’Cost  berhasil memberikan solusi yang pas sebagai penyelesaian masalah konsumen**

Previous Post Next Post