APAKAH BRAND ITU?
Apakah yang ada dalam benak Anda, ketika Anda mendengar atau membaca kata Blaster, Malboro, atau Anlene? Dalam benak kita kata Blaster langsung mengacu pada sebuah produk permen yang bentuknya belang-belang. Kata Malboro langsung membawa kita pada seorang Malboro Man yang suka berpetualang dan individualis. Kata Anlene langsung mengarahkan pikiran kita pada susu kaya kalsium untuk orang tua.
Bentuk-bentuk asosiasi yang menghubungkan suatu produk dengan gagasan tertentu yang melekat pada benak orang disebut dengan brand. Dewi (2005: 14) menyebutkan bahwa brand adalah ide, kata, desain, desain grafis atau suara/bunyi yang menyimbolkan produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi produk dan jasa tersebut. Semua aspek ini menerbitkan asosiasi khusus dalam benak konsumen, misalnya tentang kualitas produk, makna simbolis yang terkandung dalam pengalaman emosional dan psikologis yang dialami konsumen dalam bersentuhan dengan brand tersebut.
Pengiklan dan biro iklan harus memahami bahwa konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk, sebenarnya untuk memenuhi suatu kebutuhan fungsional, emosional, atau keduanya. Masalah mengapa dan bagaimana konsumen mengkonsumsi suatu produk harus diketahui oleh pengiklan dan biro iklan. Misalnya orang membeli kosmetik tidak sekedar untuk kecantikan diri, tetapi sebagai sarana sumber kepercayaan diri. Orang membeli rokok tidak untuk kebutuhan fisik seperti halnya makan, tetapi untuk gaya hidup dan nilai tambah kejantanan seorang pria.
Biro iklan dengan pengiklan akan menentukan aspek mana dari motivasi pembeli dan makna simbolis dari produk yang dijadikan dasar utama kampanye iklan tersebut. Iklan inilah yang kemudian mengkomunikasikan hal tersebut dan membangun hubungan yang konsisten antara brand dan berbagai emotional appeal dan simbolic values-nya. Sebagai contoh, Molto Pewangi yang merupakan pewangi pakaian, menemukan bahwa keharuman alami bersumber pada bunga. Sehingga harum wangi selalu dikaitkan dengan bunga yang berwarna cerah. Hal ini kemudian diangkat oleh Molto Pewangi dengan slogan "Alami keharuman alami Molto Pewangi Baru", disertai gambar visual hamparan padang bunga yang di tengah-tengah hamparan tersebut terdapat jalan yang berkelok: warna jalan senada dengan warna bunga. Di sini orang membayangkan sensasi keharuman berkendara di tengah padang bunga. Iklan ini menggunakan analogi supaya orang bisa sampai pada kesimpulan bahwa Molto Pewangi sama dengan Keharuman alami bunga-bunga di padang. Perhatikan iklan Molto Pewangi ini.
Apakah yang ada dalam benak Anda, ketika Anda mendengar atau membaca kata Blaster, Malboro, atau Anlene? Dalam benak kita kata Blaster langsung mengacu pada sebuah produk permen yang bentuknya belang-belang. Kata Malboro langsung membawa kita pada seorang Malboro Man yang suka berpetualang dan individualis. Kata Anlene langsung mengarahkan pikiran kita pada susu kaya kalsium untuk orang tua.
Bentuk-bentuk asosiasi yang menghubungkan suatu produk dengan gagasan tertentu yang melekat pada benak orang disebut dengan brand. Dewi (2005: 14) menyebutkan bahwa brand adalah ide, kata, desain, desain grafis atau suara/bunyi yang menyimbolkan produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi produk dan jasa tersebut. Semua aspek ini menerbitkan asosiasi khusus dalam benak konsumen, misalnya tentang kualitas produk, makna simbolis yang terkandung dalam pengalaman emosional dan psikologis yang dialami konsumen dalam bersentuhan dengan brand tersebut.
Pengiklan dan biro iklan harus memahami bahwa konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk, sebenarnya untuk memenuhi suatu kebutuhan fungsional, emosional, atau keduanya. Masalah mengapa dan bagaimana konsumen mengkonsumsi suatu produk harus diketahui oleh pengiklan dan biro iklan. Misalnya orang membeli kosmetik tidak sekedar untuk kecantikan diri, tetapi sebagai sarana sumber kepercayaan diri. Orang membeli rokok tidak untuk kebutuhan fisik seperti halnya makan, tetapi untuk gaya hidup dan nilai tambah kejantanan seorang pria.
Biro iklan dengan pengiklan akan menentukan aspek mana dari motivasi pembeli dan makna simbolis dari produk yang dijadikan dasar utama kampanye iklan tersebut. Iklan inilah yang kemudian mengkomunikasikan hal tersebut dan membangun hubungan yang konsisten antara brand dan berbagai emotional appeal dan simbolic values-nya. Sebagai contoh, Molto Pewangi yang merupakan pewangi pakaian, menemukan bahwa keharuman alami bersumber pada bunga. Sehingga harum wangi selalu dikaitkan dengan bunga yang berwarna cerah. Hal ini kemudian diangkat oleh Molto Pewangi dengan slogan "Alami keharuman alami Molto Pewangi Baru", disertai gambar visual hamparan padang bunga yang di tengah-tengah hamparan tersebut terdapat jalan yang berkelok: warna jalan senada dengan warna bunga. Di sini orang membayangkan sensasi keharuman berkendara di tengah padang bunga. Iklan ini menggunakan analogi supaya orang bisa sampai pada kesimpulan bahwa Molto Pewangi sama dengan Keharuman alami bunga-bunga di padang. Perhatikan iklan Molto Pewangi ini.
Tags:
BLOG